
Selang setahun kemudian, pemerintah Tempat Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bank Indonesia membeli perusahaan ini dan namanya kembali menjadi PT Taru Martani. Ada tiga merek cerutu yang diproduksi, yakni Mundi Victor, Senator dan Elomercio. Sementara untuk kertas sigaret yakni Chaveaux Blancs. Dan pada tahun 1957, menambah lagi produknya berupa tembakau shag dan dua merek rokok kretek, merupakan Roro Mendut dan Roro Jonggrang. Jual Cerutu lokal di Kembangan
Taru yakni daun sementara Martani berarti kehidupan. Jadi, Taru Martani yaitu daun yang memberi kehidupan. Itulah nama yang diberi Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX untuk pabrik cerutu yang berlokasi di Baciro, Yogyakarta. Nama itu tidak sia-sia. Pabrik ini malahan telah mengalami berbagai krisis, sehingga sempat menghentikan ekspornya ke pasar luar negeri, namun pabrik yang tetap menerapkan peralatan kuno ini dalam produksinya, hingga sekarang masih konsisten eksis berdiri.
Jual Cerutu lokal di Kembangan
Sri Sultan Hamengku Buwono XI memberikan nama Taru Martani yang berarti Daun Kehidupan, yang bermaksud supaya Pabrik cerutu tersebut terus memberikan kehidupan ke sekitarnya. Walaupun tak luput dilanda krisis yang menerpa Indonesia dan pernah pula menghentikan ekspor ke mancanegara, dan yang hebat lagi dengan masih menggunakan alat-alat kuno peninggalan Belanda, toh pabrik cerutu ini masih eksis hingga sekarang dengan mempekerjakan sekitar 356 karyawan.
Tahun 1972, HB IX--kala itu menjabat wakil presiden--kembali mengambil peranan. Perusahaan ini lagi-lagi menjadi milik pemerintah DIY. Nama bahkan berubah lagi menjadi PT Taru Martani Baru.
Pabrik cerutu PD Taru Martani yang kini berusia 100 tahun (1918-2018) memiliki sejarah penting bagi industri rokok di dalam negeri. Belanda meninggalkan catatan sejarah dimana mereka membangun pabrik cerutu di jogjakarta yang sempat menikmati masa keemasan dan naik turun dalam membangun pabrik Taru Martani Tapi, di tengah beraneka badai yang menimpa, PD Taru Martani tetap berdiri, malahan ada pedoman-petunjuk mulai bangkit.
Selang setahun kemudian, pemerintah Tempat Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bank Indonesia membeli perusahaan ini dan namanya kembali menjadi PT Taru Martani. Ada tiga merek cerutu yang diproduksi, yaitu Mundi Victor, Senator dan Elomercio. Sementara untuk kertas sigaret adalah Chaveaux Blancs. Dan pada tahun 1957, menambah lagi produknya berupa tembakau shag dan dua merek rokok kretek, ialah Roro Mendut dan Roro Jonggrang.
diawal berdirinya pabrik cerutu yang bernama negresco ini, produksi cerutu diperuntukan hanya untuk warga belanda yang berada di indonesia yang rindu mengisap cerutu, dan dalam perkembangannya cerutu malahan diminati warga diluar negeri lainya.
Didirikan tahun 1918 dengan nama Firma (Fa) Negresco dengan 25 pekerja, pada awalnya produksi cerutu Taru Martani hanya untuk konsumsi orang-orang Belanda di Yogya--yang tetap berharap menikmati cerutu--setelah bertahun-tahun kekurangan pengaruh Perang Dunia I. Namun dalam perkembangannya, cerutu ini juga dijual ke tempat Hindia Belanda dan ketika itu mendapat sambutan yang cukup baik.
Masih banyak sekali ditemukan cerutu yang bermutu kelas premium dihasilkan dengan menerapkan tangan, hal ini yang membuat nila cerutu bertambah lebih prestise, seperti cerutu kuba dan cerutu di amerika tengah, para penikmat cerutu lebih menyukai dengan cerutu hasil buatan tangan.
Cerutu terdiri dari tiga variasi daun tembakau, jenis yang bakal mengevaluasi rasa mengisap rokok dan karakteristik:
Sebuah rokok akan telihat dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari elemen perkebunan yang luas dan penentuan atas pembungkus rokok bisa mengungkapkan karakter dan rasa tergolong dengan warnanya yang tak jarang dipergunakan guna menandakan rokok secara keseluruhan. Penunjuk warna yang yakni sebagai berikut, dari cerah ke gelap:
umum, pembungkus yang gelap menambahkan sentuhan cerutu, walaupun untuk yang enteng menandakan firasat kekeringan ke rasa. Pada biasanya diterima bahwa pembungkus menyumbang selama 40 persen dari rasa, padahal isi dan penutup menyumbangkan 60 persen untuk cita-rasa. ini umumnya diterima bahwa rokok Maduro lebih powerful dalam urusan rasa dikomparasikan dengan rokok yang sama dalam bungkus yang lebih enteng akan melainkan ini tak berlaku untuk seluruh produk cerutu.
Penutup bungkus atau binder yaitu daun elastis diterapkan untuk terus bareng pengisi tandan. Pada dasarnya, binder yakni pembungkus yang membungkus lubang, kerusakan, evolusi warna atau pembuluh daun yang berkelebihan.
Cerutu seringkali dikategorikan berdasarkan ukuran dan bentuk cerutu yang secara bersama-sama dikenal sebagai vitola.
Ukuran rokok dievaluasi oleh dua dimensi: berdasarkan cincin ukuran (diameter dalam enam puluh-perempat dalam satu inci) dan panjang (dalam inci).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar