
Nama PT Taru Martani kembali berubah menjadi Perusahaan Negara Perindustrian Rakyat Budjana Jasa. Ini terjadi dikala pemerintah mempertimbangkan policy untuk merasionalisasi semua perusahaan Belanda. Dan saat ada pergantian rezim Soekarno ke rezim Soeharto, perusahaan ini mengalami kembang kempis dan hanya bisa mempekerjakan sekitar 100 orang. Jual Cerutu Mundi Victor di Tenggilis Mejoyo
Pabrikan yang didirikan 100 Tahun lalu sudah mempunyai kisah cerita yang panjang bagi industri Rokok di Indonesia, Pabrik itu yakni PD Taru Martani. Perusahaan rokok cerutu peninggalan Belanda yang terletak di Yogyakarta ini sempat merasakan masa kejayaan dan juga cukup lama kembang kempis dalam perjalanannya. walau keterpurukan yang hampir menimpa pabrik , Taru martani dengan gagahnya konsisten mempertahankan kejayaannya.
Jual Cerutu Mundi Victor di Tenggilis Mejoyo
seiring dengan kemajuan dalam bisnisnya Pabrik FA Negresco melakukan penerimaan pekerja hingga seribu orang, disaat jepang datang ke Indonesia dan mengambil alih pabrik, sehingga perubahan besar malah terjadi, pabrik berganti nama menjadi Jawa Tobacco Kojo dan mempunyai mesin baru hasil sitaan British American Tobacco (BAT) yang letaknya di Cirebon. Berbekal mesin hasil sitaan ini, dan melibatkan duaribu pekerja, pabrik ini memproduksi cerutu Momo Taro dan dua merek sigaret adalah Mizuo dan Koa. Kesemua ini untuk konsumsi Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.
Didirikan tahun 1918 dengan nama Firma (Fa) Negresco dengan 25 pekerja, pada awalnya produksi cerutu Taru Martani hanya untuk konsumsi orang-orang Belanda di Yogya--yang tetap berkeinginan merasakan cerutu--setelah bertahun-tahun kekurangan pengaruh Perang Dunia I. Melainkan dalam perkembangannya, cerutu ini juga dijual ke daerah Hindia Belanda dan dikala itu mendapat sambutan yang cukup baik.
Dan di tahun 1930, Fa Negresco menjalankan ekspansi dengan menambah pekerja menjadi 1.000 orang yang beberapa besar untuk membuat cerutu buatan tangan. Tak lama kemudian, Jepang masuk Indonesia, dan ini memunculkan perubahan besar. Nama Negresco berubah menjadi Jawa Tobacco Kojo. Pabrik inipun dilengkapi pula dengan mesin pembuat rokok sigaret hasil sitaan dari British American Tobacco (BAT) yang terletak 200 mil barat laut kota Cirebon. Bermodalkan mesin hasil sitaan ini, dan melibatkan 2000 pekerja, pabrik ini membikin cerutu Momo Taro dan dua merek sigaret yakni Mizuo dan Koa. Kesemua ini untuk konsumsi Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.
Sesudah PD II berakhir, HB IX mengambil inisiatif untuk mengambil alih dan mengganti nama perusahaan ini menjadi Taru Martani. Tetapi pada tahun 1949, Belanda kembali menguasai Yogya, dan pabrik bahkan jatuh ke tangan Negresco, pemilik lama. Meski begitu, pabrik tak bisa beroperasi sebab terjadi kekacauan politik. Dan pada tahun 1951, BAT memboyong kembali mesin-mesinnya ke Cirebon. Kesudahannya, pabrik di Yogya diperbolehkan kosong semacam itu saja.
seiring dengan kemajuan dalam bisnisnya Pabrik FA Negresco mengerjakan penerimaan pekerja hingga seribu orang, disaat jepang datang ke Indonesia dan mengambil alih pabrik, sehingga perubahan besar malahan terjadi, pabrik berganti nama menjadi Jawa Tobacco Kojo dan memiliki mesin baru hasil sitaan British American Tobacco (BAT) yang lokasinya di Cirebon. Berbekal mesin hasil sitaan ini, dan melibatkan duaribu pekerja, pabrik ini memproduksi cerutu Momo Taro dan dua merek sigaret adalah Mizuo dan Koa. Kesemua ini untuk konsumsi Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.
Taru adalah daun sementara Martani berarti kehidupan. Jadi, Taru Martani yaitu daun yang memberi kehidupan. Itulah nama yang dikasih Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX untuk pabrik cerutu yang terletak di Baciro, Yogyakarta. Nama itu tidak sia-sia. Pabrik ini malahan telah mengalami beraneka krisis, sehingga sempat menghentikan ekspornya ke pasar luar negeri, melainkan pabrik yang konsisten mengaplikasikan peralatan kuno ini dalam produksinya, hingga kini masih konsisten eksis berdiri.
Banyak cerutu modern, sebagai problem prestise dan kualitas, masih digulung dengan tangan, paling terpenting di Amerika Tengah dan Kuba dan juga di chinchales ditemukan di hampir segala kota yang cukup besar di Amerika Serikat. Kotak-kotak cerutu linting tangan beruang sempurna mente kalimat yang mano (benar-benar dengan tangan) atau handmade (diwujudkan dengan tangan).
Cerutu terdiri dari tiga tipe daun tembakau, tipe yang bakal menilai rasa mengisap rokok dan karakteristik:
Sebuah rokok akan telihat dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari faktor perkebunan yang luas dan penentuan atas pembungkus rokok bisa mengungkapkan karakter dan rasa tergolong dengan warnanya yang tak jarang dipergunakan guna membuktikan rokok secara keseluruhan. Penunjuk warna yang ialah sebagai berikut, dari cerah ke gelap:
umum, pembungkus yang gelap menambahkan sentuhan cerutu, walaupun untuk yang enteng menandakan firasat kekeringan ke rasa. Pada lazimnya diterima bahwa pembungkus menyumbang selama 40 persen dari rasa, walaupun isi dan penutup menyumbangkan 60 persen untuk cita-rasa. ini lazimnya diterima bahwa rokok Maduro lebih powerful dalam urusan rasa dikomparasikan dengan rokok yang sama dalam bungkus yang lebih enteng akan tapi ini tak berlaku untuk semua produk cerutu.
Penutup bungkus atau binder adalah daun elastis dipakai untuk terus bareng pengisi tandan. Pada dasarnya, binder merupakan pembungkus yang membungkus lubang, kerusakan, evolusi warna atau pembuluh daun yang berkelebihan.
Cerutu seringkali dikelompokkan menurut ukuran dan wujud cerutu yang secara bersama-sama dikenal sebagai vitola.
Ukuran rokok diukur oleh dua dimensi: berdasarkan cincin ukuran (diameter dalam enam puluh-perempat dalam satu inci) dan panjang (dalam inci).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar