
Pabrik cerutu PD Taru Martani yang kini berusia 100 tahun (1918-2018) memiliki sejarah penting bagi industri rokok di dalam negeri. Perusahaan rokok cerutu peninggalan Belanda yang berlokasi di Yogyakarta ini sempat merasakan masa kejayaan dan juga cukup lama kembang kempis dalam perjalanannya. Melainkan, di tengah bermacam badai yang menimpa, PD Taru Martani tetap berdiri, malahan ada petunjuk-pedoman mulai bangkit. Jual Cerutu lokal di Kota Kayu Agung
Setelah PD II usai, HB IX mengambil inisiatif untuk mengambil alih dan mengganti nama perusahaan ini menjadi Taru Martani. Tapi pada tahun 1949, Belanda kembali merajai Yogya, dan pabrik malah jatuh ke tangan Negresco, pemilik lama. Meski begitu, pabrik tak bisa beroperasi karena terjadi kekacauan politik. Dan pada tahun 1951, BAT memboyong kembali mesin-mesinnya ke Cirebon. Akibatnya, pabrik di Yogya diizinkan kosong begitu saja.
Jual Cerutu lokal di Kota Kayu Agung
Sri Sultan Hamengku Buwono XI memberikan nama Taru Martani yang berarti Daun Kehidupan, yang bermaksud supaya Pabrik cerutu hal yang demikian terus memberikan kehidupan ke sekitarnya. Padahal tak luput dilanda krisis yang menerpa Indonesia dan pernah pula menghentikan ekspor ke mancanegara, dan yang hebat lagi dengan masih menggunakan alat-alat kuno peninggalan Belanda, toh pabrik cerutu ini masih eksis hingga sekarang dengan mempekerjakan sekitar 356 karyawan.
Sri Sultan Hamengku Buwono XI memberikan nama Taru Martani yang berarti Daun Kehidupan, yang bermaksud supaya Pabrik cerutu tersebut terus memberikan kehidupan ke sekitarnya. Pabrik ini bahkan sudah mengalami berbagai krisis, sehingga sempat menghentikan ekspornya ke pasar luar negeri, tetapi pabrik yang konsisten mengaplikasikan peralatan kuno ini dalam produksinya, sampai kini masih tetap eksis berdiri.
Pabrikan yang didirikan 100 Tahun lalu telah memiliki kisah cerita yang panjang bagi industri Rokok di Indonesia, Pabrik itu adalah PD Taru Martani. Perusahaan rokok cerutu peninggalan Belanda yang terletak di Yogyakarta ini sempat menikmati masa kejayaan dan juga cukup lama kembang kempis dalam perjalanannya. walau keterpurukan yang hampir menimpa pabrik , Taru martani dengan gagahnya tetap mempertahankan kejayaannya.
Pabrik cerutu PD Taru Martani yang kini berusia 100 tahun (1918-2018) memiliki sejarah penting bagi industri rokok di dalam negeri. Perusahaan rokok cerutu peninggalan Belanda yang terletak di Yogyakarta ini sempat merasakan masa kejayaan dan juga cukup lama kembang kempis dalam perjalanannya. Melainkan, di tengah beraneka badai yang menimpa, PD Taru Martani tetap berdiri, malahan ada pedoman-tanda mulai bangkit.
Setelah PD II usai, HB IX mengambil inisiatif untuk mengambil alih dan mengganti nama perusahaan ini menjadi Taru Martani. Melainkan pada tahun 1949, Belanda kembali merajai Yogya, dan pabrik malahan jatuh ke tangan Negresco, pemilik lama. Meskipun semacam itu, pabrik tak dapat beroperasi karena terjadi kekacauan politik. Dan pada tahun 1951, BAT memboyong kembali mesin-mesinnya ke Cirebon. Hasilnya, pabrik di Yogya dibiarkan kosong seperti itu saja.
Tahun 1972, HB IX--kala itu menjabat wakil presiden--kembali mengambil peranan. Perusahaan ini lagi-lagi menjadi milik pemerintah DIY. Nama malahan berubah lagi menjadi PT Taru Martani Baru.
Masih banyak sekali ditemukan cerutu yang berkualitas kelas premium dibuat dengan menerapkan tangan, hal ini yang membikin nila cerutu bertambah lebih prestise, seperti cerutu kuba dan cerutu di amerika tengah, para penikmat cerutu lebih menyukai dengan cerutu hasil buatan tangan.
Cerutu terdiri dari tiga jenis daun tembakau, variasi yang bakal mengukur rasa mengisap rokok dan karakteristik:
Sebuah rokok akan telihat dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari elemen perkebunan yang luas dan penentuan atas pembungkus rokok bisa mengucapkan karakter dan rasa tergolong dengan warnanya yang tidak jarang dipergunakan guna membuktikan rokok secara keseluruhan. Penunjuk warna yang merupakan sebagai berikut, dari cemerlang ke gelap:
lazim, pembungkus yang gelap menambahkan sentuhan cerutu, sedangkan untuk yang enteng menggambarkan firasat kekeringan ke rasa. Pada lazimnya diterima bahwa pembungkus menyumbang selama 40 persen dari rasa, meski isi dan penutup menyumbangkan 60 persen untuk cita-rasa. ini biasanya diterima bahwa rokok Maduro lebih powerful dalam urusan rasa dikomparasikan dengan rokok yang sama dalam bungkus yang lebih enteng akan melainkan ini tidak berlaku untuk seluruh produk cerutu.
Penutup bungkus atau binder yakni daun elastis diterapkan untuk terus bareng pengisi tandan. Pada dasarnya, binder yakni pembungkus yang membungkus lubang, kerusakan, evolusi warna atau pembuluh daun yang berkelebihan.
Cerutu seringkali dikategorikan menurut ukuran dan wujud cerutu yang secara bersama-sama dikenal sebagai vitola.
Ukuran rokok dinilai oleh dua dimensi: berdasarkan cincin ukuran (diameter dalam enam puluh-perempat dalam satu inci) dan panjang (dalam inci).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar